Dimohon
kepada Bapak/Ibu Dosen dan mahasiswa STAI Indonesia Jakarta untuk hadir
dalam acara diskusi LSC besok Selasa, 16 Desember 2014 di ruang 201
dari jam 13.30-15.30 dengan pemateri Liyanatul Qulub, M.Pd. Terima
kasih.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM STAIINDO JAKARTA JL. I GUSTI NGURAH RAI NO. 39 BULAK KLENDER JAKARTA TIMUR TELP. 021 8661 5393
Monday, December 15, 2014
Thursday, November 13, 2014
Sunday, October 19, 2014
ORASI ILMIAH TEMU KANGEN ALUMNI STAIINDO
MENUJU PENINGKATAN KUALITAS ALUMNI STAIINDO JAKARTA
DEMI
REKONSTRUKSI PERADABAN ISLAM DI INDONESIA*)
Oleh:
H. Aip Aly Arfan, MA
Assalaamu'alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Yth.
Ketua Sekolah Tinggi
Agama Islam Indonesia (STAIINDO) Jakarta
Yth.
Segenap Pembantu Ketua STAIINDO
Jakarta
Yth.
Segenap Ketua Program Studi
STAIINDO Jakarta
Yth.
Para Dosen dan karyawan STAIINDO Jakarta
Yth.
Segenap Fungsionaris Organisasi Kemahasiswaan BEM dan PPMI
Yth.
Para Alumni STAIINDO Jakarta
Yth. Para Hadirin sekalian
Pertama-tama
izinkan saya menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang tinggi kepada Panitia
Pelaksana BEM STAIINDO Jakarta beserta seluruh fungsionarisnya atas
inisiatifnya yang sangat baik dalam menyelenggarakan acara yang mempertemukan
alumni STAIINDO Jakarta dengan almamaternya ini. Ini adalah acara yang sangat penting dalam
rangka mempererat tali silaturahim yang telah terjalin sejak masa-masa
pendidikan dahulu hingga sekarang.
Tentunya banyak hal yang telah terjadi setelah menjadi
sarjana. Ada yang sudah memasuki dunia kerja, berkarir dan berkarya
dalam berbagai bidang yang diminati, baik sesuai dengan
program studi yang ditempuhnya atau tidak. Ada juga mungkin yang sampai detik
ini belum bekerja atau memiliki usahanya sendiri karena sebab dan latar
belakangnya masing-masing. Bagi yang sudah memiliki karier dan atau usaha, saya
mengucapkan selamat, semoga karier dan usahanya semakin baik dan dapat
memberikan pengaruh positif dan manfaat, baik untuk diri, keluarga, lingkungan
hingga bangsa dan negara serta agama. Bagi yang belum, jangan berputus asa dan
harapan. Teruslah berusaha dan berupaya. Yakinlah bahwa anda bukanlah orang
yang gagal karena yang gagal pada hakekatnya adalah yang berhenti berupaya dan
berusaha serta berdoa. Dan jika kita gunakan teori kesuksesan, maka yang
dimaksud sukses, bukan pada hasil yang kita dapat, tapi pada proses yang kita
lakukan. Maka kalau kita selalu melakukan segala aktivitas kita dengan
nilai-nilai kebaikan, maka itulah kesuksesan yang sebenarnya.
Para alumni STAIINDO Jakarta yang saya
banggakan!
Memulai orasi ilmiah ini saya ingin menyitir sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu
Hurairah, Rasulullah SAW
bersabda:
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى
رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Siapa
yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia
menyambung silaturrahmi.”
Tentunya tidak asing bagi kita hadis yang saya
sampaikan ini yang mengaitkan antara pembangunan jaringan dengan peningkatan
ekonomi yang dalam bahasa klasiknya ada hubungan yang erat antara silaturahmi
dengan luasnya rizki. Dari sini kita dapat mengatakan bahwa acara yang
diselenggarakan hari ini tidak bertujuan untuk memamerkan kesuksesan para
alumni yang malah akan menyebabkan terjadinya kecemburuan sosial di antara para
alumni.
Acara yang sangat positif ini juga tidak bertujuan
untuk meminta jatah “materi” dari para alumninya yang sudah sukses. Oleh karena
itu, pertemuan kita pada hari ini hendaknya dijadikan sebagai momentum untuk benar-benar
mempererat tali silaturahmi antar alumni yang bisa dijadikan awal yang positif
bagi pengembangan karier yang pada gilirannya akan menjadi faktor meningkatnya
kehidupan ekonomi para alumni itu sendiri.
Banyak hal yang bisa diambil manfaatnya dari acara
kita ini. Bagi para alumni yang sudah memiliki karier yang bagus dan ingin
mengembangkannya, mereka bisa merekrut para alumni yang saat ini membutuhkan
pekerjaan. Atau kalau para alumni sudah sama-sama memiliki karier yang bagus,
mereka bisa mengembangkannya dengan menjalin kerjasama di antara mereka
sehingga karier mereka menjadi tambah berkembang yang tentunya sangat berdampak
pada peningkatan kehidupan ekonomi mereka. Bahkan bukan hanya itu, dengan
berkembangnya usaha para alumni ini, lambat laun dampaknya akan terasa juga
bagi peningkatan ekonomi masyarakat Indonesia secara keseluruhan.
Bapak Ketua, para Pembantu Ketua dan
Segenap Civitas Akademika dan Para alumni STAIINDO Jakarta!
Jika membaca laporan yang dikeluarkan Global Competetiveness
Report tahun 2012, kita tersentak dengan melorotnya daya saing bangsa
kita yang berada dalam posisi yang sangat rendah.
Yang
lebih ironis, kondisi IPM (Human Development Index) bangsa
Indonesia juga sangat rendah, bahkan jauh lebih rendah dari beberapa negara
tetangga di Asia Tenggara di mana pendidikan berdasarkan IPM diakui sebagai salah
satu parameter keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Human Development Index
2013 yang dikeluarkan UNDP untuk mengukur tingkat kualitas kehidupan suatu negara dari sisi pendidikan, kesehatan maupun
angka harapan hidup, dari 167 negara, Indonesia berada pada rangking 121.
Namun
jika dibandingkan dengan kelompok G-20, Indonesia berada di peringkat nomor dua
paling bawah. Australia berada di peringkat 2, Amerika (3), Jerman (5), Jepang
(10), Kanada (11), Inggris (26), dan Perancis (20), Rusia (55), Brasil (85),
dan china (101). Kita hanya sedikit lebih baik dari India yang berada di
peringkat 136.
Sementara di kelompok Negara-negara ASEAN,
peringkat daya saing sumber daya manusia Indonesia berada di bawah Singapura (18), Brunei Darussalam (30), Malaysia
(64), Thailand (103), dan Filipina (114).
Ini artinya peningkatan daya saing bidang
sumber daya manusia belum mencapai tahap yang maksimal. Karena itu, perlu di lakukan
pembenahan yang intensif, terutama pada
bidang pendidikan agar kualitas sumber daya manusia Indonesia bisa lebih
berkualitas dan berdaya saing.
Sebenarnya inilah yang sedang dilakukan oleh Sekolah
Tinggi Agama Islam Indonesia (STAIINDO) Jakarta, upayanya melahirkan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan memiliki daya saing baik dalam skala
lokal maupun global, di samping tentunya
melahirkan ilmuwan-ilmuwan yang menjadikan nila-nilai Islam sebagai dasar dalam
setiap perilaku, aktivitas dan tujuan para alumninya. Dan tentunya kita
berharap semoga apa yang STAIINDO Jakarta dan kita semua cita-citakan dapat
terwujud. Amin Ya Rabbal’alamin.
Para alumni STAIINDO dan segenap Civitas Akademika yang saya hormati!
Setiap
alumni perguruan tinggi di dunia ini tentu memiliki impian, angan-angan dan
cita-cita untuk diri mereka sendiri yang secara praktis, pragmatis dan
ekonomisnya, memiliki kesempatan yang luas dalam mengembangkan karier mereka,
baik secara langsung berhubungan dengan bidang yang mereka tekuni selama
menimba ilmu di almamater mereka, maupun tidak. Begitu juga dengan alumni STAIINDO Jakarta yang kita
cintai ini. Ini merupakan hal yang lumrah dan wajar-wajar saja. Namun yang jadi
permasalahan adalah ketika seorang alumni perguruan tinggi, apalagi yang
berlabel Islam, yang dipikirkan hanyalah interes pribadi mereka tanpa ada
komitmen untuk juga memikirkan bagaimana masa depan teman-teman satu alumninya,
atau bahkan bagaimana nasib agama mereka nantinya. Di sinilah pentingnya acara temu alumni yang
diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Agama Islam Indonesia (STAIINDO) Jakarta.
Dengan penyelenggaraan acara-acara seperti ini diharapkan para alumni STAIINDO
Jakarta menjadi diingatkan akan tujuan-tujuannya dalam belajar di perguruan
tinggi itu yang bukan hanya untuk mendapatkan gelar sarjana dan dengan itu bisa
mendapatkan pekerjaan yang layak, tapi juga dapat menjadi perantara bagi
pengembangan karier teman-teman sealmamaternya dan yang sangat penting, menjadi
salah satu faktor dalam pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang
berkualitas secara khusus dan peradaban Islam di Indonesia secara lebih luas.
Berbicara tentang peradaban Islam dan
bagaimana membangunnya, pada kesempatan yang sangat baik ini saya ingin
mengajak para alumni STAIINDO Jakarta khususnya dan civitas akademikanya secara
umum, marilah kita bersama-sama ikut memberikan
kontribusi kita dalam merekonstruksi peradaban Islam di Indonesia dengan
sama melakukan hal-hal berikut:
1. Membudayakan membaca
Membaca merupakan salah satu metode yang kerap
dilakukan oleh manusia untuk
dapat meningkatkan kecerdasan, mengakses informasi dan juga memperdalam
pengetahuan dalam diri seseorang. Dengan memahami dan mengerti isi dari sebuah
bacaan, seseorang akan mendapatkan banyak keuntungan untuk memperluas cakrawala
berpikir dengan sedikit usaha dan modal yang relatif sedikit. Kegiatan ini
sering kali dihubungkan dengan faktor-faktor kesuksesan seseorang dalam
berpikir dan bertindak karena pada umumnya mereka yang gemar membaca dapat
bertindak lebih sistematis dan berpikir secara kritis dalam menyikapi
permasalahan yang dihadapi.
Kebiasaan membaca juga sering dikaitkan dengan seorang
pemimpin. “A good leader is a reader, seorang pemimpin yang baik adalah seorang
pembaca,” demikian kata-kata bijak yang sering dikutip oleh banyak pemimpin.
Kualitas seorang pemimpin banyak ditentukan oleh tingkat intelektualitas
dirinya. Sementara indikator intelektualitas seseorang tidak hanya ditentukan
oleh kecerdasan dan tingkat pendidikan tetapi juga dilihat dari kebiasaan yang
dilakukan sehari-hari. Hal ini bukan hanya untuk indikator intelektualitas
tetapi juga berkaitan dengan karakter dan kepribadian. Seorang pemimpin yang
pembaca sudah jelas menunjukkan sikap kesediaan terus belajar, terus mau
menimba ilmu dan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya. Seorang pembacalah
yang selalu siap bertumbuh dan berkembang.
Sebagaimana kita ketahui bersama, salah
satu indikator peradaban yang maju dapat dilihat dari budaya membaca dan menulisnya
peradaban tersebut. Lihat bagaimana Amerika, Inggris, Jerman, Jepang dan
negara-negara maju yang lain ketika membangun peradaban mereka. Membaca dan
menulis sudah sangat membudaya di kalangan mereka. Bandingkan dengan di
Indonesia.
Terkait dengan indikator membudayanya
membaca di negara-negara maju yang saya sebutkan di atas, dapat kita saksikan
bagaimana orang biasa saja mengisi waktu kosong atau waktu luangnya dengan membaca, apakah itu
suratkabar, majalah, novel, atau buku non-fiksi. Jika bepergian kemana pun,
mereka terbiasa selalu menyelipkan buku di dalam tas atau menentengnya di
tangan. Sebab itu, bukan pemandangan aneh jika di dalam subway, di taman-taman,
di halte bus, di depan loket berbagai instansi, di pinggir jalan, maupun di pantai,
mereka selalu asyik mengisinya dengan kegiatan membaca. Orang-orang Jepang
terkenal sebagai masyarakat yang “kutu buku” dalam cerita-cerita yang
berkembang di dunia internasional yang mana dibuktikan dengan fakta bahwa tiap
tahun lebih dari 1 miliar buku dicetak.
Ini orang biasa saja. Tentunya, orang-orang
yang berhubungan dengan dunia pendidikan, pasti lebih dari itu. Sebaliknya di
Indonesia, kita akan menemukan banyak sekali saudara-saudara sebangsa kita tengah
asyik memainkan gadget mereka, bukan membaca. Sebab itu, Indonesia sejak lama
menjadi pangsa pasar yang sangat menggiurkan bagi para produsen ponsel dunia.
Bahkan, negeri ini telah menjadi semacam wilayah test pasar bagi produk-produk
ponsel dunia teranyar. Dan beberapa tahun belakangan ini, ponsel dengan fasilitas chatting atau pun
yang membenamkan kemampuan untuk bisa ber-fesbukan-ria dan twitteran laku keras.
Blackberry-pun naik daun. Meskipun belakangan menjadi kurang diminati karena
telah digantikan dengan smartphone yang lebih variatif aplikasinya.
Kalau saya menyebutkan negara-negara maju
yang berlatar belakang non-muslim sebagai contoh-contoh dalam hal budaya
membaca, ini bukan berarti tidak ada contoh dari umat Islam. Karena telah
terbukti dalam sejarah peradaban Islam bahwa pada masa bani Abbasiyah, membaca
ini telah menjadi budaya di kalangan umat Islam. Hal ini bisa dilihat dari
maraknya penerjemahan buku-buku yang berasal dari Yunani ke dalam bahasa Arab.
Selain itu juga bisa dilihat dari banyaknya perpustakaan yang dibangun pada
masa itu.
Sebenarnya, aktivitas membaca dalam Islam
bukan hanya memiliki dimensi materi, tapi juga rohani. Hal ini bisa kita lihat
pada perintah Allah SWT pada ayat-ayat al-Quran yang pertama kali turun, yaitu
perintah untuk membaca. Dari surat al-Alaq ayat 1-5 ini kita bisa menyimpulkan
bahwa aktivitas membaca, membaca apa saja, bukan hanya membaca al-Quran, tapi
apa saja yang bisa dibaca merupakan aktivitas yang bernilai ibadah yang
nilainya melebihi ibadah itu sendiri. Oleh karena itu, maka sangatlah ironis,
jika kita sebagai umat Islam, yang diperintah membaca oleh Tuhannya, tetapi
malah jauh dari budaya membaca ini.
Banyak cara yang bisa dilakukan agar dapat menanamkan budaya membaca umat Islam. Hal yang
sederhana yang bisa kita lakukan adalah kita sendiri yang memulai di keluarga
kita karena dengan seperti itu akan tumbuh ketertarikan anak membaca buku
karena melihat orang tuanya membaca. Bayangkan, jika setiap keluarga muslim telah memulai budaya membaca ini, maka bukan hal yang impossible,
tidak lama lagi aktivitas membaca ini menjadi budaya umat Islam.
2. Membudayakan menulis
Ini berkaitan dengan budaya membaca, atau
kita dapat menyimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara menulis
dengan membaca di mana kita dapat mengatakan bahwa seseorang tidak mungkin
dapat menulis tanpa membaca, meskipun tidak semua pembaca adalah penulis.
Selain itu hubungan antara menulis dengan membaca dapat kita lihat dari gaya
penulisan seseorang, di mana seseorang memiliki gaya penulisan tertentu dapat
dilihat dari bacaannya.
Hubungan antara menulis dengan membaca
dapat kita lihat dari manfaat membaca itu sendiri, di mana dengan
membaca, seorang penulis mengisi dirinya. Ia tidak hanya memetik manfat yang
ada dalam apa yang dibacanya. Melalui dan dengan membaca, seorang penulis
menemukan ide dan ilham baru.
Yang ingin saya tekankan di sini adalah
bahwa marilah kita sama-sama membudayakan membaca yang dengan itu kita berharap
juga menjadi penulis. Karena kuantitas tulisan juga merupakan satu hal yang membedakan antara
peradaban yang maju dengan yang tidak. Negara-negara maju yang saya sebutkan di
atas adalah negara-negara dengan tingkat menulisnya sangat tinggi. Begitu juga
dengan umat Islam ketika mencapai puncak kejayaannya di masa silam, yang
ditandai dengan banyaknya tulisan dan karya ilmiah yang diterbitkan. Bukankah
kita pernah memiliki ilmuwan-ilmuwan, filosof dan akademisi yang sangat
produktif dalam menulis seperti al-Kindi yang diriwayatkan telah menulis lebih
dari 240 buku dan Imam al-Ghazali yang menulis lebih dari 70 buku. Kita juga
punya Ibn Rusyd yang menulis lebih dari 55 buku.
3.
Meningkatkan jumlah peneliti
Setelah membaca dan menulis, salah satu
ciri negara-negara maju adalah banyaknya penelitian yang dilakukan. Maka jika
kita lihat rasio peneliti di negara-negara maju, Indonesia tertinggal jauh
dengan 4 sampai 5 orang saja per 10 penduduk dibanding di negara-negara maju
yang sudah mencapai 80 per 10000 penduduk. Dari sini saya mengajak para alumni
STAIINDO Jakarta khususnya dan civitas akademika yang lain umumnya termasuk
saya tentunya untuk meningkatkan derajat akademik kita ke level yang lebih
tinggi lagi. Jika baru menyelesaikan program Sarjana S1, yuk kita lanjutkan ke
S2. Yang sudah menempuh S2, yuk kita lanjutkan ke S3.
Para alumni STAIINDO dan segenap Civitas Akademika yang saya hormati!
Dari uraian saya ini, saya ingin mengatakan pada
intinya adalah bahwa anda semua para alumni STAIINDO Jakarta yang saya cintai
dan banggakan, khususnya, dan kita semua hendaknya tidak berpuas diri dengan
memiliki karier dan usaha yang cemerlang yang sudah anda dan kita dapatkan.
Kita perlu terus meningkatkan kompetensi dan kapasitas kita dengan melakukan
berbagai upaya agar karier dan usaha kita tidak hanya bermanfaat bagi diri kita
sendiri saja tapi juga bagi orang banyak. Dalam konteks
merekonstruksi
peradaban Islam
di Indonesia, kita harus melalukan setidaknya 3 hal di atas, yaitu membudayakan membaca dan menulis serta meningkatkan jumlah peneliti
kita dengan harapan semoga peradaban Islam di Indonesia semakin mewujud yang
ditandai dengan meningkatnya kemakmuran warga dan masyarakat Indonesia secara
keseluruhan, sebagaimana yang disebutkan dalam al-Quran dengan istilah
Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur.
Demikianlah orasi ilmiah yang dapat saya sampaikan dalam kesempatan SILATURAHIM DAN TEMU KANGEN ALUMNI STAIINDO yang
pertama kali digelar ini.
Atas perhatiannya saya sampaikan terima kasih
dan apresiasi yang setinggi tingginya teriring harapan semoga STAIINDO Jakarta menjadi Pusat Keunggulan (Center
of Excellence) dalam mendesain perubahan dan merekonstruksi peradaban Islam di Indonesia.
Wassalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
*) Orasi Ilmiah ini disampaikan pada acara Silaturrahim
dan Temu Kangen Alumni di STAIINDO Jakarta pada 19 Oktober 2014
Friday, September 26, 2014
Wednesday, September 24, 2014
Monday, September 22, 2014
Wednesday, September 10, 2014
Silabus Seminar Proposal Skripsi
Mata Kuliah
|
:
|
Seminar Proposal Skripsi
|
Kode
|
:
|
MKK
|
Bobot SKS
|
:
|
2 SKS
|
Jurusan
|
:
|
Pendidikan Agama Islam
|
Program Studi
|
:
|
Pendidikan Agama Islam
|
Semester
|
:
|
VII (Tujuh)
|
Mata Kuliah Prasyarat
|
:
|
|
Pengajar
|
:
|
H. Aip Aly Arfan, MA.
|
Standar Kompetensi
|
:
|
Memahami bagaimana membuat proposal skripsi dan
mempresentasikannya di hadapan mahasiswa dan penguji proposal.
|
Kompetensi Dasar
|
:
|
1.
Menjelaskan
pentingnya proposal skripsi
2.
Membuat proposal
skripsi yang baik
3.
Mempresentasikan
proposal skripsi dengan meyakinkan
|
Indikator
|
:
|
1.
Mahasiswa mampu menjelaskan
pentingnya proposal skripsi
2. Mahasiswa mampu membuat
proposal skripsi yang baik
3.
Mahasiswa mampu mempresentasikan
proposal skripsi dengan meyakinkan
|
Deskripsi Mata Kuliah
|
:
|
Matakuliah ini merupakan suatu matakuliah yang memberikan gambaran
yang detail tentang bagaimana
membuat proposal skripsi dan mempresentasikannya.
|
Materi Pokok Perkuliahan
|
:
|
1.
Kontrak
perkuliahan
2. Bidang kajian
skripsi prodi PAI
3. Judul skripsi
4. Latar belakang masalah
5. Pembatasan dan
perumusan masalah
6. Tujuan dan manfaat
penelitian
7. UTS
8. Metode penelitian
9. Hipotesis
10. Rencana waktu penelitian
11. Rancangan outline
12. Daftar pustaka sementara
13. Teknik pembuatan
dan presentasi proposal skripsi
14.
UAS
|
Pendekatan Pembelajaran
|
:
|
1. Presentasi
2. Diskusi kelompok
3. Tanya jawab
4. Evaluasi dan
penugasan
|
Penilaian
|
:
|
Penilaian
diperoleh dari aspek-aspek:
1. Tugas : 25 %
2.
Kehadiran : 25 %
2. Midtes : 25 %
3. UAS : 25 %
Total
: 100%
|
Buku Sumber
|
:
|
1. Tim Karya Tulis Ilmiah STAIINDO, Pedoman dan
Teknik Penulisan Skripsi, STAIINDO Jakarta: 2014.
2. Referensi
lainnya yang relevan.
Subscribe to:
Posts (Atom)